Friday 16 July 2010

Dinamika Kantor

Seorang sarjana teknik bernama Mawar (bukan nama sebenarnya) bekerja di suatu kantor konsultan di kota Bandung sebagai analis. Pada awalnya Mawar semangat bekerja di kantor tersebut ketika masih kuliah dan menyusun skripsi. Setelah lulus jadi sarjana, gadis manis ini kembali bekerja di kantor tersebut.

Level middle management saat itu diisi oleh beberapa orang, salah satunya adalah Mas Maho (bukan nama sebenarnya) yang baru pulang dari negeri kincir angin dengan mengantongi gelar master. Mas Maho menurut Mawar orangnya pintar, wawasannya luas, bijak namun sedikit norak. Mawar sebagai orang yang sangat efisien seringkali ketika tidak ada kerjaan di kantor dia tidak masuk kantor.

Bosnya mawar, Mas Maho bisa mengerti dengan jalan pikiran Mawar dan selalu membelanya
dihadapan top management kantor. Mawar terlihat mulai tidak respek dengan manajemen kantor ketika bonus2 yang merupakan haknya selalu ditunggak oleh kantor dengan alasan tidak ada uang. Selain itu status kepegawaian dia dan teman-temannya tidak jelas karena tidak adanya kontrak dari kantor. Mawar dan teman-temannya memilih untuk tidak ambil pusing dengan masalah keuangan selama gaji pokok tidak ditunggak.

Kemudian muncul masalah baru ketika Mas Maho resign dari kantor karena mendapat pekerjaan baru di kota lain dengan jabatan GM. Masalah itu bukan karena ada kemelut yang ditinggal oleh Mas Maho, tetapi bos Mawar pasca perginya Mas Maho adalah seorang yang sangat sinis pada Mawar, sebut saja Dehek (bukan nama sebenarnya). Dehek adalah seorang penjilat atasan, banci pujian, dan banci tampil tentunya, dengan
skill dan wawasan yang dangkal, serta pemikirannya picik. Ibaratnya dia adalah opposite'nya Mas Maho.

Mawar sering sekali menjadi korban, objek derita, kambing hitam atau apalah itu namanya. Jika ada suatu pekerjaan yang memang tidak rasional untuk dikerjakan sendiri dan Mawar keberatan, maka si Dehek ini langsung akan menjelek-jelekan si Mawar di hadapan semua orang. Teman - teman sesama analis, bahkan beberapa middle management bersimpati kepada Mawar.

Sahabat Mawar yang sesama analis sempat berkata kalau si Dehek itu seperti punya dendam pribadi sama Mawar. Memang ketika Mawar pertama kali kerja di kantor itu karena ditawari oleh si Dehek, namun ketika di kantor si Dehek itu berusaha mendekati Mawar. Mawar yang telah memiliki kekasih tentu saja menjaga jarak karena tidak mau memberi harapan. Mungkin karena hal tersebut Dehek sangat sinis pada Mawar.

Mawar yang memang tidak respek sama Dehek tidak ambil pusing, tapi lama kelamaan merasa gerah dengan tingkah kekanak-kanakan dan keidiotan si Dehek. Bahkan ada satu masa dimana karena ketololan si Dehek yang memang otaknya di pantat, hampir merusak perayaan hari jadi Mawar dengan kekasihnya. Terlihat sekali bagaimana Mawar sudah sangat tidak betah di kantornya sekarang. Faktor yang membuatnya masih bertahan karena banyak teman-teman kantornya yang mendukung dia, kekasihnya pun berada 1 kota dengannya, dan belum ada panggilan dari kantor lain yang lebih bonafide dan profesional dan cocok bidangnya.

Keadaan yang dialami Mawar mungkin juga banyak dialami oleh pekerja - pekerja lain, atasan yang seenak jidat, hak yang tidak dipenuhi perusahaan, beban kerja yang tidak sebanding dengan manfaatnya. Semua itu adalah dinamika kantor yang mau tidak mau mungkin akan dihadapi oleh semua orang baik itu di swasta maupun instansi. Mengalah untuk menang mungkin adalah jalan yang terbaik jika memang untuk keluar dari kantor
tersebut belum memungkinkan. Apa itu mengalah untuk menang? Apa benefitnya buat diri kita sebagai orang yang dijadikan kambing hitam?

Sebisa mungkin kita harus bisa menahan emosi kita, karena mau tidak mau si pain in the ass itu adalah atasan kita. Menahan emosi bukan artinya kita diam saja. Kita dapat membalas kepicikan mereka dengan cara yang lebih elegan. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Sebisa mungkin kita acuhkan saja gonggongan atau kicauan miring dari atasan goblok. Kerjakan semua kewajiban kita di kantor, ga peduli orang ngomong apa yang penting Job's done! Ga perlu kita ngasih ide-ide yang fresh jika ada diskusi dengan orang-orang macam itu.

Karena pada akhirnya ide cemerlang kita itu dia claim sebagai idenya, dan kita juga yang harus ngerjain. Buat apa kita terlalu kreatif di tempat yang tidak menghargai kita dan kita sendiri sebenarnya bertahan karena keterpaksaan seperti kalau kita mundur kita kena penalty yang cukup besar, atau belum ada offer dari perusahaan lain.
Teman saya yang sekarang menjadi selebritis pernah bilang sama saya ketika saya jadi penyiar trainee di salah satu radio di daerah Cihampelas. Kalau kita tidak suka dengan keadaan di tempat kerja, kita rubah aja tempat kerja kita jadi yang sesuai dengan kemauan kita.

Yup, ngomong sih gampang banget. Prakteknya susah. Tapi apa yang saya tangkap dari perkataan teman saya itu, merubah bukan dengan cara yang ekstrim, tapi rubah dengan karisma yang kita miliki. Menangkan hati dari tiap-tiap elemen di kantor sehingga ketika dikonfrontir, ternyata pendukung kita banyak. Saya lihat teman saya, dia tidak "talk the talk" tetapi "walk the talk". Tidak lama setelah resign dari
kantor bandung pindah ke kantor jakarta, teman saya itu dengan cepat bisa berkembang. Karirnya di dunia entertaiment pun maju pesat.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, ngomong itu gampang dan pelaksanaannya yang sulit. Untuk studi kasus Mbak Mawar dimana atasannya si Dehek yang kebangetan dan ternyata dia golden boy'nya big boss, budaya kantor disana tidak memandang level analis sehingga mengusahakan sesuatu disana itu hanya buang-buang waktu saja. Cara yang paling bijak ya bersabar dan terus cari peluang untuk pindah kerja. Selama masih ada yang support kita, kita pasti bisa bertahan dan tidak perlu kita buang energi dengan emosi menghadapi orang yang pikirannya dangkal or should I say,
otaknya di pantat.

Sekian.

No comments: